Tangan itu ,
pernah menggendong aku,
membelai kasih dengan jemarinya,
yang selalu ku salam ku kucup lembut,
siapa sangka jemari yang ku genggam selalu
memberi restu untuk hidup
Bibir itu ,
tika dahulu menjadi teman sehingga ku lena,
yang selalu menguntum manis di setiap hariku,
walau waktu itu aku berduka ,
namun ia seperti radio
yang memutar merdu lagu-lagu indah
mengiringi langkah berlari di atas dunia
Mata itu ,
siapa sangka hanya sepasang kembar yang kecil
tidak mampu menyimpan makna yang dalam
kadangkala aku faham dan kadangkala diam
namun pabila hujan mengalir daripadanya,
hatiku ini mulai resah
Ya Tuhan ,
ku lihat tubuh itu kaku tidak bernyawa.
besarnya kain putih itu bersedia membaluti
Izinkan aku memelukya untuk kali yang terakhir
jasad ibuku yang bakal ku rindui.
No comments:
Post a Comment